Asesmen Nasional (AN) hadir sebagai tonggak reformasi yang bertujuan utama Melawan Pembelajaran yang kaku, seragam, dan berbasis hafalan semata. Sistem evaluasi sebelumnya, Ujian Nasional (UN), sering mendorong sekolah untuk berfokus pada pelatihan soal (drill) demi mencapai skor kelulusan tinggi. AN mengubah dinamika ini secara fundamental. AN tidak lagi menentukan nasib individu siswa, melainkan memberikan cerminan (diagnostik) tentang kualitas seluruh ekosistem pembelajaran. Perubahan ini memberikan ruang dan insentif besar bagi sekolah untuk berani berinovasi di dalam kelas.
Inti dari Melawan Pembelajaran pasif adalah penekanan AN pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang menguji literasi dan numerasi. Kedua kompetensi ini menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills – HOTS). Guru didorong untuk merancang kegiatan yang menantang siswa berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menyelesaikan masalah nyata. Contoh inovasi: guru di SMP fiktif “Merdeka Belajar” mulai menerapkan proyek sains interdisipliner. Proyek ini mengharuskan siswa membaca laporan ilmiah (literasi) dan menganalisis data statistik (numerasi) secara bersamaan.
AN secara tidak langsung memaksa sekolah untuk Melawan Pembelajaran teacher-centered dan bergerak menuju model student-centered. Survei Lingkungan Belajar dalam AN mengevaluasi aspek-aspek penting seperti praktik perundungan, dukungan guru, dan ketersediaan sarana belajar. Hasilnya menjadi feedback transparan bagi kepala sekolah dan komite. Jika survei menunjukkan lingkungan belajar kurang kondusif, sekolah terdorong segera melakukan intervensi. Ini mendorong perbaikan menyeluruh yang melampaui kurikulum formal.
Kepala sekolah kini berperan sebagai manajer perubahan, bukan administrator belaka. Mereka harus proaktif Melawan Pembelajaran tradisional dengan memberikan dukungan penuh kepada guru untuk mengikuti pelatihan metodologi baru dan mengakses sumber daya digital. Pemerintah daerah, misalnya Dinas Pendidikan fiktif Kota Bandung, pada bulan Februari 2025 meluncurkan program mentoring guru inovatif. Program ini bertujuan membantu guru mendesain modul ajar yang kreatif. Dukungan sistematis ini menjadi faktor penting untuk menguji coba pendekatan-pendekatan pengajaran yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Pada akhirnya, semangat reformasi AN adalah mewujudkan sekolah yang responsif dan adaptif. AN menyediakan data, tetapi inovasi datang dari keberanian sekolah untuk bereksperimen, gagal, dan mencoba lagi. Melalui proses ini, diharapkan sekolah dapat menciptakan lingkungan di mana siswa tidak hanya lulus ujian, tetapi benar-benar siap menghadapi tantangan global. AN adalah katalisator utama untuk transformasi ini.
