Posted on

Menjaga Kesehatan Ginjal: Hindari Kebiasaan Buruk dan Konsumsi Obat Tanpa Resep

Ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh yang berfungsi sebagai filter utama, membersihkan darah dari limbah dan racun, serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu, Kesehatan Ginjal merupakan aspek krusial dari kesehatan menyeluruh yang harus dijaga seumur hidup. Sayangnya, banyak kebiasaan sehari-hari, ditambah dengan penggunaan obat-obatan yang tidak terkontrol, dapat menjadi ancaman serius bagi fungsi ginjal. Memahami dan menghindari faktor-faktor risiko ini adalah langkah pertama dan paling penting dalam merawat Kesehatan Ginjal Anda.

Salah satu kebiasaan buruk paling umum yang merusak ginjal adalah kurangnya asupan cairan. Dehidrasi kronis memaksa ginjal bekerja lebih keras untuk memekatkan urin, yang seiring waktu dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal dan memperburuk fungsi organ. Selain itu, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam dan gula secara berlebihan juga secara tidak langsung membebani ginjal. Garam (natrium) berlebih dapat meningkatkan tekanan darah, dan hipertensi yang tidak terkontrol adalah penyebab utama kedua dari penyakit ginjal kronis. Menurut data yang dirilis oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) pada awal tahun 2025, pasien dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol selama lebih dari lima tahun memiliki peningkatan risiko kerusakan ginjal hingga 60%.

Ancaman terbesar bagi Kesehatan Ginjal seringkali datang dari konsumsi obat-obatan bebas (tanpa resep) yang berlebihan. Obat anti-nyeri tertentu, terutama obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) seperti ibuprofen dan naproxen, jika dikonsumsi dalam dosis tinggi atau jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan. Kerusakan ini dikenal sebagai nefropati analgesik. Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Harapan Jaya, Dr. Aditya Pratama, Sp.PD-KGH, selalu mengingatkan pasien dalam setiap sesi konsultasi pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, bahwa penggunaan obat bebas harus dibatasi hanya untuk kondisi akut dan tidak boleh dijadikan solusi jangka panjang tanpa pengawasan dokter. Mengabaikan dosis yang dianjurkan dan durasi penggunaan yang panjang adalah praktik yang sangat berbahaya.

Kebiasaan buruk lain yang harus dihindari untuk menjaga Kesehatan Ginjal termasuk merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Merokok merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah halus di ginjal, memperburuk kondisi hipertensi dan diabetes yang keduanya merupakan pemicu utama penyakit ginjal. Untuk memastikan Anda Kesehatan Ginjal tetap prima, pemeriksaan kesehatan rutin sangat dianjurkan. Tes darah sederhana seperti pemeriksaan kreatinin dan laju filtrasi glomerulus (LFG) serta tes urin untuk mengetahui adanya protein atau darah, dapat mendeteksi masalah ginjal sejak dini, bahkan sebelum gejala muncul. Deteksi dini adalah kunci keberhasilan penanganan penyakit ginjal, memungkinkan intervensi medis dilakukan sebelum kerusakan permanen terjadi.

Posted on

Stres Kronis: Dampak Nyata pada Kebugaran Jasmani Anda

Stres Kronis adalah respons tubuh yang terus-menerus terhadap tekanan jangka panjang, jauh melebihi respons stres akut yang sehat. Kondisi ini bukan hanya masalah mental, tetapi memiliki dampak nyata dan merusak pada kebugaran jasmani. Mengabaikan stres jenis ini berakibat fatal bagi kesehatan fisik.


Salah satu dampak fisik paling langsung dari Stres Kronis adalah pelepasan hormon kortisol yang berkelanjutan. Kadar kortisol tinggi ini mengganggu metabolisme, menyebabkan penumpukan lemak, terutama di area perut. Ini meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.


Kebugaran jasmani Anda juga terganggu melalui efek pada sistem kardiovaskular. Stres yang berkepanjangan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Seiring waktu, kondisi ini memicu hipertensi dan mempercepat kerusakan pembuluh darah, risiko utama serangan jantung.


Stres Kronis juga merusak sistem kekebalan tubuh. Tingginya kortisol menekan respons imun, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, flu, dan penyakit lainnya. Tubuh yang sering sakit tentu sulit mencapai atau mempertahankan kebugaran optimal.


Pada sistem muskuloskeletal, stres sering bermanifestasi sebagai ketegangan otot kronis. Ketegangan ini menyebabkan sakit kepala, nyeri punggung bawah, dan bahkan dapat memicu kambuhnya kondisi seperti fibromialgia. Fleksibilitas dan kekuatan tubuh pun menurun drastis.


Selain itu, Stres Kronis secara signifikan mengganggu kualitas tidur. Insomnia atau tidur yang tidak nyenyak menghambat proses pemulihan dan regenerasi otot yang penting setelah berolahraga. Kurang tidur mengurangi energi dan motivasi untuk aktif bergerak.


Gangguan pencernaan adalah keluhan fisik umum lainnya. Stres dapat memperburuk kondisi seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), sakit perut, dan perubahan pola makan, yang semuanya memengaruhi penyerapan nutrisi penting untuk kebugaran.


Untuk memulihkan kebugaran yang terdampak, penting untuk mengatasi akar masalah. Teknik relaksasi, meditasi, dan latihan pernapasan terbukti efektif dalam menurunkan kadar kortisol dan mengembalikan keseimbangan hormonal tubuh Anda.


Aktivitas fisik, ironisnya, adalah salah satu pereda stres terbaik. Olahraga teratur melepaskan endorfin yang bertindak sebagai peningkat suasana hati alami. Olahraga membantu memutus siklus stres dan meningkatkan kualitas tidur Anda.


Memahami korelasi antara pikiran dan tubuh ini adalah langkah pertama menuju hidup yang lebih sehat. Jangan biarkan Stres Kronis merampas kesehatan fisik Anda. Prioritaskan manajemen stres untuk menjaga kebugaran jasmani Anda dalam jangka waktu lama.

Posted on

Mengatasi Anxiety Attack: Teknik Pernapasan Darurat yang Bisa Anda Lakukan di Mana Saja

Anxiety attack atau serangan kecemasan adalah pengalaman yang menakutkan, ditandai dengan detak jantung yang cepat, napas pendek, dan perasaan takut yang intens, sering kali terasa seperti serangan jantung. Kunci utama untuk mengendalikan episode kecemasan yang tiba-tiba ini bukanlah obat penenang, melainkan stabilisasi fisik melalui pernapasan. Menguasai Teknik Pernapasan Darurat yang tepat adalah alat paling cepat dan efektif untuk mengaktifkan sistem saraf parasimpatik (yang bertanggung jawab untuk ‘istirahat dan cerna’), menenangkan tubuh Anda dalam hitungan menit. Mempersenjatai diri dengan Teknik Pernapasan Darurat memungkinkan Anda merespons serangan kecemasan di tempat umum, di kantor, atau bahkan di tengah rapat, tanpa menarik perhatian. Mempraktikkan Teknik Pernapasan Darurat secara rutin juga dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan di masa depan.


Mengapa Pernapasan Bekerja Saat Serangan Kecemasan?

Selama anxiety attack, tubuh Anda secara keliru mengaktifkan respons fight or flight (lawan atau lari). Jantung berdebar, napas menjadi cepat dan dangkal (hyperventilation), yang menyebabkan penurunan kadar karbon dioksida dalam darah. Penurunan CO2 ini memperburuk gejala fisik, seperti pusing, mati rasa, dan sesak napas.

Teknik Pernapasan Darurat yang benar bertujuan untuk memutus lingkaran setan ini. Dengan memperlambat laju napas dan memastikan pernapasan dalam (perut), Anda secara paksa mengirim sinyal aman ke otak, menormalkan kadar CO2 dan detak jantung. Ini adalah intervensi biologis yang hampir instan.

Dokter Spesialis Saraf Dr. Rina Kusuma, Sp.S dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dalam presentasi ilmiahnya pada 10 September 2025, menekankan bahwa fokus kesadaran pada pernapasan selama serangan juga mengalihkan pikiran dari narasi ketakutan yang mengganggu, memberikan jeda kognitif yang vital.


Teknik Kotak (Box Breathing) untuk Meredakan Ketegangan

Salah satu Teknik Pernapasan Darurat yang paling efektif dan mudah diingat adalah Pernapasan Kotak (Box Breathing), yang digunakan oleh personel militer untuk mengelola stres tinggi. Teknik ini mengikuti ritme 4 detik:

  1. Tarik Napas (4 Detik): Tarik napas perlahan melalui hidung selama 4 hitungan. Pastikan perut Anda mengembang, bukan hanya dada.
  2. Tahan Napas (4 Detik): Tahan udara di paru-paru Anda selama 4 hitungan.
  3. Hembuskan Napas (4 Detik): Hembuskan napas perlahan melalui mulut selama 4 hitungan.
  4. Tahan Kosong (4 Detik): Tahan paru-paru dalam keadaan kosong selama 4 hitungan.
  5. Ulangi: Ulangi siklus ini setidaknya 5–10 kali atau sampai Anda merasakan gejala mereda.

Menggunakan pernapasan perut (diaphragmatic breathing) adalah kuncinya. Jika Anda melihat pergerakan bahu, berarti Anda bernapas dangkal. Fokuskan energi pernapasan ke perut, seolah-olah Anda memiliki balon di sana.


Prosedur Tambahan di Ruang Publik

Jika serangan terjadi di tengah keramaian atau situasi yang sulit, gabungkan Teknik Pernapasan Darurat dengan teknik grounding (membumi) untuk memfokuskan kembali pikiran Anda pada realitas:

  1. Gunakan Aturan 5-4-3-2-1: Selagi Anda melakukan Pernapasan Kotak, sebutkan 5 hal yang dapat Anda lihat, 4 hal yang dapat Anda sentuh (misalnya tekstur celana atau meja), 3 hal yang dapat Anda dengar, 2 hal yang dapat Anda cium, dan 1 hal yang dapat Anda rasakan (emosi atau rasa di mulut).
  2. Cari Tumpuan: Jika Anda berdiri, bersandar pada dinding. Jika Anda duduk, pijakkan kaki kuat-kuat ke lantai, merasakan tekanan dan tumpuan.

Dalam sebuah pelatihan penanganan stres yang diadakan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada 5 Maret 2026, para peserta diajarkan untuk segera mundur sejenak ke toilet atau area tenang, kemudian menerapkan Pernapasan Kotak secara diam-diam. Dengan menguasai dan menerapkan teknik sederhana ini, Anda dapat mengontrol respons fisik terhadap kecemasan, mengambil kembali kendali, dan melanjutkan aktivitas tanpa interupsi signifikan.

Posted on

Pemanfaatan Teknologi Kesehatan: Tren dan Peluang Baru untuk Lulusan STIKES

Pemanfaatan Teknologi Kesehatan telah menciptakan gelombang perubahan masif di industri medis. Bagi lulusan STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan), memahami dan menguasai tren ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Integrasi teknologi seperti telemedicine, Artificial Intelligence (AI), dan rekam medis elektronik membuka peluang baru karir yang lebih dinamis dan spesialis.

Salah satu tren paling signifikan adalah telemedicine. Layanan konsultasi jarak jauh memungkinkan tenaga kesehatan dari STIKES melayani pasien di daerah terpencil. Keterampilan dalam menggunakan platform digital, menganalisis data pasien dari jarak jauh, dan memberikan edukasi online menjadi keunggulan kompetitif lulusan STIKES di era ini.

Pemanfaatan Teknologi Kesehatan juga terlihat jelas dalam penggunaan Electronic Health Records (EHR). Sistem EHR memudahkan perawat dan bidan lulusan STIKES untuk mengakses riwayat medis pasien secara cepat dan akurat. Efisiensi ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pasien tetapi juga mengurangi waktu administratif, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan.

AI mulai diintegrasikan dalam analisis citra medis dan diagnosis awal penyakit. Meskipun peran AI adalah alat bantu, lulusan STIKES harus mampu menafsirkan output AI dan menggunakannya untuk mendukung pengambilan keputusan klinis. Kemampuan berkolaborasi dengan teknologi ini adalah peluang baru untuk menjadi tenaga kesehatan yang inovatif.

Pemanfaatan Teknologi Kesehatan juga melahirkan spesialisasi baru, seperti Health Informatics (Informatika Kesehatan). Lulusan STIKES yang menguasai bidang ini dicari untuk mengelola basis data rumah sakit, menjaga keamanan informasi pasien, dan menganalisis tren kesehatan masyarakat. Ini adalah peluang baru yang menjanjikan di ranah administrasi medis.

Tren wearable devices (perangkat yang dikenakan) seperti jam tangan pintar dan sensor kesehatan semakin populer. Perawat atau terapis fisik lulusan STIKES dapat memantau kondisi vital pasien secara real-time dari data yang dikumpulkan perangkat tersebut. Intervensi medis dapat dilakukan lebih cepat dan terpersonalisasi, meningkatkan efektivitas perawatan.

Untuk meraih peluang baru ini, mahasiswa STIKES perlu proaktif dalam mengembangkan literasi digital mereka. Kampus didorong untuk menyertakan mata kuliah wajib tentang data science, etika digital, dan keamanan siber dalam kurikulum. Bekal pengetahuan ini sangat penting dalam menghadapi tantangan industri 4.0.

Pemanfaatan Teknologi Kesehatan juga mengubah cara edukasi pasien dilakukan. Lulusan STIKES harus bisa membuat konten edukasi kesehatan yang menarik dan mudah dipahami melalui media digital, seperti video pendek atau infografis. Keterampilan komunikasi digital menjadi sama pentingnya dengan komunikasi tatap muka.

Secara keseluruhan, lulusan STIKES yang melek Pemanfaatan Teknologi Kesehatan akan menjadi garda terdepan dalam revolusi layanan kesehatan. Menguasai tool digital adalah kunci untuk membuka peluang baru, memungkinkan mereka memberikan perawatan yang lebih cerdas, lebih efisien, dan berdampak lebih besar bagi kesehatan masyarakat.

Peluang bagi lulusan STIKES bukan lagi terbatas pada dinding rumah sakit tradisional. Dengan menguasai Pemanfaatan Teknologi Kesehatan, mereka dapat menjelajahi peluang baru karir sebagai konsultan digital, analis data kesehatan, atau pengembang telemedicine, membentuk masa depan layanan kesehatan yang inovatif.

Posted on

Ergonomi Kerja: Mendesain Ruang Kerja yang Ideal untuk Mencegah Nyeri Punggung Kronis

Di era di mana pekerjaan menuntut waktu duduk yang panjang, ergonomi telah menjadi faktor penting yang tak terhindarkan untuk kesehatan jangka panjang. Nyeri punggung kronis dan gangguan muskuloskeletal lainnya seringkali berakar pada postur kerja yang buruk. Oleh karena itu, Mendesain Ruang Kerja yang ergonomis bukan lagi pilihan, melainkan investasi penting untuk mencegah cedera dan mempertahankan produktivitas. Pendekatan ergonomis berfokus pada penyesuaian lingkungan kerja agar sesuai dengan tubuh manusia, bukan sebaliknya, sehingga Mendesain Ruang Kerja yang ideal adalah kunci untuk memastikan kenyamanan dan efisiensi, terutama bagi mereka yang menghabiskan lebih dari delapan jam sehari di depan komputer.

Langkah pertama dalam Mendesain Ruang Kerja yang ideal adalah penyesuaian kursi dan meja. Kursi yang ergonomis harus memiliki sandaran punggung yang mendukung lengkungan alami tulang belakang bagian bawah (lumbar) dan ketinggian yang dapat diatur. Kaki harus menapak rata di lantai atau pada pijakan kaki, dengan lutut membentuk sudut 90∘. Meja kerja harus memungkinkan siku berada pada sudut 90∘ saat mengetik, menjaga bahu tetap rileks. Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2025, ketinggian permukaan meja yang disarankan berkisar antara 72 cm hingga 76 cm untuk pengguna dengan tinggi badan rata-rata, namun penyesuaian individu sangat disarankan.

Penempatan monitor juga sangat krusial untuk mencegah ketegangan leher dan mata. Layar monitor harus diletakkan sejauh satu lengan dari wajah Anda, dengan bagian atas layar sejajar atau sedikit di bawah tingkat mata. Hal ini bertujuan agar leher berada pada posisi netral dan mata tidak terlalu tertekan. Selain itu, pencahayaan ruang kerja harus memadai, tanpa menimbulkan silau berlebihan pada layar, yang dapat menyebabkan kelelahan visual. Spesialis Kesehatan Kerja Dr. Ahmad Riyadi, dalam seminar daring pada hari Selasa, 21 November 2024, menekankan bahwa pencahayaan yang terlalu redup atau terlalu terang dapat memicu sakit kepala dan secara tidak sadar menyebabkan postur membungkuk ke depan.

Terakhir, strategi yang efektif dalam Mendesain Ruang Kerja adalah mengintegrasikan gerakan. Meskipun telah diatur secara ergonomis, duduk terlalu lama tetap berbahaya. Setiap pekerja harus menerapkan aturan 20−20−20 (setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama minimal 20 detik) untuk mengistirahatkan mata, dan berdiri atau berjalan kaki sebentar setiap 60 menit. Upaya proaktif ini, dipadukan dengan lingkungan kerja yang dirancang dengan cermat, akan secara signifikan mengurangi risiko nyeri punggung dan meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Posted on

Deteksi TBC Cepat: Inovasi STIKES Mendukung Program Kesehatan Indonesia Bebas Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak di Indonesia. Keberhasilan program eliminasi TBC sangat bergantung pada kemampuan untuk melakukan Deteksi TBC Cepat di komunitas. Jika kasus ditemukan dan diobati segera, rantai penularan dapat diputus, sehingga target Indonesia Bebas TBC 2030 dapat diwujudkan melalui intervensi yang tepat sasaran.

Inovasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) memainkan peran penting dalam mendukung upaya ini. Mahasiswa dan peneliti STIKES bekerja mengembangkan metode Deteksi TBC Cepat yang tidak hanya akurat, tetapi juga portabel dan terjangkau. Hal ini sangat penting untuk menjangkau daerah terpencil yang minim akses ke laboratorium berstandar tinggi.

Salah satu fokus utama dalam pengembangan ini adalah pemanfaatan teknologi molekuler sederhana. Tujuannya adalah memangkas waktu diagnosis dari hitungan hari menjadi hanya beberapa jam. Dengan adanya Deteksi TBC Cepat, pasien dapat segera memulai pengobatan, meminimalkan risiko keparahan penyakit dan penyebaran ke anggota keluarga maupun komunitas.

Deteksi TBC Cepat juga diintegrasikan dengan program Active Case Finding (ACF) di masyarakat. Mahasiswa STIKES dilatih untuk aktif mengunjungi rumah-rumah, melakukan skrining gejala, dan mengumpulkan sampel. Pendekatan proaktif ini memastikan bahwa kasus TBC, terutama yang tanpa gejala jelas, dapat teridentifikasi sebelum terjadi komplikasi yang serius.

Edukasi dan sosialisasi juga menjadi bagian integral dari inovasi ini. Tenaga kesehatan lulusan STIKES bertugas meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya segera mencari pertolongan medis jika mengalami batuk berkepanjangan. Mereka menghilangkan stigma terkait TBC, mendorong masyarakat untuk berani melakukan pemeriksaan tanpa rasa malu.

Program kemitraan yang dibentuk STIKES dengan Puskesmas lokal dan laboratorium memperkuat sistem rujukan. Setelah Deteksi TBC Cepat memberikan hasil positif, pasien segera dihubungkan dengan layanan pengobatan yang komprehensif. Kolaborasi antar-lembaga ini menciptakan ekosistem kesehatan yang responsif dan terpadu untuk pasien.

Selain alat diagnostik, STIKES juga berinovasi dalam sistem informasi kesehatan. Aplikasi berbasis smartphone dikembangkan untuk mempermudah pencatatan dan pelaporan kasus TBC. Data yang akurat dan real-time memungkinkan pemerintah daerah untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam mengalokasikan sumber daya.

Kesimpulannya, inovasi STIKES dalam Deteksi TBC Cepat adalah kunci untuk percepatan penanggulangan TBC di Indonesia. Dengan memadukan teknologi canggih, edukasi komunitas, dan pendekatan proaktif, langkah ini secara signifikan mendekatkan kita pada visi Indonesia Bebas Tuberkulosis, mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan produktif.

Posted on

Diet dan Tidur: Makanan dan Minuman Apa yang Harus Dihindari Sebelum Tidur?

Memahami hubungan antara apa yang kita makan dan kualitas istirahat adalah kunci untuk hidup lebih sehat. Keselarasan antara diet dan tidur sangat penting, sebab makanan dan minuman yang dikonsumsi menjelang malam hari dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk rileks dan mendapatkan istirahat yang nyenyak. Untuk itu, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari agar tidur tidak terganggu dan kesehatan tetap terjaga.

Salah satu penyebab utama sulit tidur adalah konsumsi kafein. Kandungan stimulan ini tidak hanya ditemukan dalam kopi, tetapi juga teh, cokelat, dan beberapa jenis minuman bersoda. Kafein dapat menghalangi reseptor adenosin di otak, yaitu zat kimia yang membuat kita merasa mengantuk. Menurut Dr. Lusi Wulandari, seorang ahli gizi dari sebuah rumah sakit di Jakarta, dalam wawancaranya pada 20 November 2025, “Idealnya, hindari kafein setidaknya 6 jam sebelum tidur. Banyak orang tidak menyadari bahwa kafein masih beredar di sistem tubuh mereka hingga beberapa jam setelah dikonsumsi.” Oleh karena itu, bagi yang ingin meningkatkan kualitas diet dan tidur, langkah pertama adalah membatasi asupan kafein di sore hari.

Selain kafein, makanan yang terlalu pedas atau berlemak juga dapat mengganggu tidur. Makanan pedas bisa memicu refluks asam lambung dan heartburn, yang tentunya akan membuat Anda tidak nyaman saat berbaring. Sementara itu, makanan berlemak tinggi membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna, yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan dan mengganggu pola tidur. “Tubuh seharusnya fokus pada perbaikan sel saat tidur, bukan pada proses pencernaan yang berat,” tambah Dr. Lusi. Untuk menjaga keseimbangan antara diet dan tidur, sebaiknya pilih camilan ringan dan mudah dicerna jika Anda merasa lapar di malam hari, seperti buah-buahan atau oatmeal.

Konsumsi alkohol juga seringkali dianggap sebagai alat bantu tidur, padahal efeknya justru sebaliknya. Meskipun alkohol dapat membuat Anda merasa mengantuk di awal, ia mengganggu fase tidur nyenyak (REM), yang sangat penting untuk pemulihan mental. Akibatnya, Anda mungkin akan terbangun di tengah malam dan merasa tidak segar di pagi hari. Pihak kepolisian, melalui Kompol Budi Susilo dari Unit Kesehatan Polri, juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi alkohol, terutama sebelum beristirahat. “Selain dapat mengganggu diet dan tidur, alkohol juga dapat memicu masalah kesehatan dan sosial lainnya,” kata Kompol Budi dalam sebuah acara edukasi pada 23 November 2025.

Menjaga harmoni antara diet dan tidur adalah investasi penting untuk kesehatan jangka panjang. Dengan menghindari makanan dan minuman yang bisa mengganggu istirahat, Anda tidak hanya akan mendapatkan tidur yang lebih nyenyak, tetapi juga akan bangun dengan perasaan lebih segar dan siap menghadapi hari.

Posted on

Kisah Kritis: Refleksi Mahasiswa Keperawatan saat Rawat Pasien Kondisi Gawat

Ruangan unit gawat darurat selalu penuh ketegangan. Bagi mahasiswa keperawatan, momen ini adalah ujian sesungguhnya. Refleksi mahasiswa keperawatan saat merawat pasien kondisi gawat sering kali menjadi titik balik. Di sana, teori di kelas bertemu dengan realitas yang menuntut kecepatan dan ketepatan. Pengalaman ini membentuk mereka menjadi perawat sejati.

Salah satu refleksi mahasiswa keperawatan yang paling mendalam adalah tentang pentingnya ketenangan. Di tengah kepanikan keluarga dan suara mesin, mereka harus tetap fokus. Setiap detik berharga. Menjaga ketenangan membantu mereka mengambil keputusan cepat yang akurat. Ini adalah pelajaran yang tidak diajarkan di buku teks.

Mereka belajar bahwa setiap pasien adalah individu unik. Pasien gawat bukan hanya sekumpulan gejala, tetapi seseorang dengan cerita hidup. Refleksi mahasiswa keperawatan mengajarkan empati. Mereka belajar berkomunikasi dengan keluarga, memberikan dukungan, dan memastikan pasien merasa dihargai. Humanisme adalah inti dari profesi keperawatan.

Pengalaman ini juga mengajarkan pentingnya kerja tim. Di ruang gawat, dokter, perawat, dan staf medis lainnya bekerja dalam harmoni. Mahasiswa belajar cara berkolaborasi, mendengarkan, dan memberikan kontribusi. Kerjasama yang solid adalah kunci keberhasilan. Refleksi mahasiswa keperawatan ini membentuk mereka menjadi bagian penting dari tim kesehatan.

Selain itu, mereka belajar menghadapi kegagalan. Tidak semua pasien bisa diselamatkan. Menerima kenyataan ini adalah bagian tersulit. Refleksi mahasiswa keperawatan ini mengajarkan mereka untuk memproses emosi. Mereka belajar bahwa yang terpenting adalah memberikan perawatan terbaik hingga akhir. Pengalaman ini membangun resiliensi.

Momen ini memperkuat tekad mereka. Menyaksikan pasien pulih adalah kepuasan terbesar. Melihat senyum di wajah keluarga adalah hadiah yang tak ternilai. Pengalaman inilah yang memotivasi mereka untuk terus belajar. Ini adalah refleksi mahasiswa keperawatan yang mendalam.

Pada akhirnya, refleksi mahasiswa keperawatan saat merawat pasien kondisi gawat adalah pengalaman yang mengubah hidup. Itu adalah ujian yang membentuk karakter, menguji pengetahuan, dan memperkuat empati. Mereka keluar dari pengalaman ini bukan hanya sebagai mahasiswa, tetapi sebagai calon perawat yang siap melayani dengan hati.

Pengalaman ini adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulum keperawatan. Itu mempersiapkan mereka untuk tantangan di masa depan. Mereka tidak hanya belajar menjadi profesional yang kompeten, tetapi juga manusia yang peduli.

Posted on

Mengapa Anda Harus Membaca Label? Petunjuk Lengkap untuk Menghindari Jebakan

Membaca label makanan mungkin terasa membosankan, tetapi ini adalah keterampilan vital. Label bukan sekadar informasi, melainkan peta yang akan membantu Anda menghindari jebakan makanan olahan. Memahami apa yang tertera di sana adalah kunci untuk membuat pilihan yang lebih sehat. Ini adalah petunjuk lengkap yang akan mengubah cara Anda berbelanja.

Jebakan paling umum adalah klaim pemasaran yang menyesatkan, seperti “rendah lemak” atau “alami”. Seringkali, makanan olahan dengan klaim ini justru memiliki gula atau natrium yang sangat tinggi untuk mengkompensasi rasa. Membaca label gizi akan mengungkap fakta yang disembunyikan.

Selalu periksa daftar bahan. Urutan bahan mencerminkan jumlahnya dari yang terbanyak. Jika gula, minyak olahan, atau bahan kimia aneh ada di awal, itu pertanda buruk. Daftar bahan yang pendek dan sederhana adalah indikasi yang baik.

Untuk menghindari jebakan gula, perhatikan kolom “gula tambahan”. Produsen sering menggunakan banyak nama berbeda untuk gula, seperti sirup jagung, dekstrosa, atau maltosa. Gula tambahan ini adalah penyebab utama penambahan berat badan dan penyakit.

Perhatikan juga kandungan natrium. Banyak makanan olahan, bahkan yang tidak terasa asin, mengandung natrium tinggi. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Pilih produk dengan natrium di bawah 140 mg per porsi untuk menghindari jebakan ini.

Sertakan juga lemak trans dan lemak jenuh. Lemak trans, yang sering disembunyikan di balik nama “minyak terhidrogenasi sebagian,” adalah zat berbahaya yang merusak jantung. Lemak jenuh juga harus dibatasi.

Mengukur porsi juga penting. Seringkali, satu kemasan produk berisi beberapa porsi, bukan satu. Menghindari jebakan ini adalah dengan menghitung jumlah kalori, gula, dan lemak per porsi, lalu kalikan dengan jumlah porsi yang Anda konsumsi.

Dengan membaca label secara teliti, Anda tidak hanya menghindari jebakan, tetapi juga mengambil kendali penuh atas kesehatan Anda. Ini adalah langkah kecil yang akan memberikan dampak besar pada kualitas hidup Anda dalam jangka panjang.

Posted on

Bukan Sekadar Alergi: Ancaman Tersembunyi di Balik Cangkang Kerang

Di balik kelezatan kerang, ada bahaya tersembunyi yang perlu kita waspadai. Ancaman ini tidak hanya sebatas alergi. Cangkang kerang yang kokoh bisa menyimpan racun dan patogen yang berasal dari perairan tempatnya hidup. Sebagai penyaring alami, kerang menyerap semua yang ada di lingkungannya, baik yang baik maupun yang buruk.

Salah satu bahaya terbesar adalah keracunan alga. Cangkang kerang yang berasal dari daerah dengan red tide (pasang merah) dapat mengandung racun paralitik. Racun ini sangat kuat dan tidak hancur saat dimasak. Mengonsumsi kerang terkontaminasi bisa menyebabkan kelumpuhan saraf, bahkan berakibat fatal.

Bakteri juga sering menjadi masalah. Cangkang kerang yang tidak bersih dan dimasak setengah matang bisa menjadi sarang bakteri seperti Vibrio. Infeksi Vibrio menyebabkan gejala keracunan makanan yang parah, seperti diare, muntah, dan kram perut yang hebat. Ini adalah risiko nyata yang tidak boleh diremehkan.

Selain itu, kerang juga dapat menjadi pembawa logam berat. Cangkang kerang dari perairan yang tercemar limbah industri dapat mengandung kadmium dan merkuri. Logam-logam ini akan terakumulasi di dalam tubuh kerang, dan saat Anda mengonsumsinya, racun tersebut dapat masuk ke tubuh Anda.

Bagi penderita asam urat, kerang adalah musuh tersembunyi. Daging kerang sangat kaya akan purin. Saat Anda mengonsumsi kerang, purin ini dipecah menjadi asam urat yang dapat menumpuk di sendi. Hal ini dapat memicu serangan gout yang sangat menyakitkan.

Intoleransi juga bisa menjadi masalah. Beberapa orang tidak dapat mencerna cangkang kerang dengan baik, menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan pencernaan. Ini bukan alergi, tetapi tetap bisa membuat pengalaman makan tidak menyenangkan. Mendengarkan respons tubuh adalah hal yang paling bijak.

Bahkan, cangkang kerang itu sendiri bisa menjadi bahaya fisik jika tidak ditangani dengan benar. Pecahan cangkang yang tajam dapat menyebabkan luka di mulut atau tenggorokan. Pastikan Anda membersihkan kerang dengan hati-hati sebelum memasaknya.

Kesimpulannya, ada banyak bahaya tersembunyi di balik cangkang kerang selain alergi. Racun alga, bakteri, logam berat, dan risiko asam urat harus diperhatikan. Dengan pengetahuan ini, Anda bisa lebih bijak dalam memilih dan menikmati hidangan laut favorit Anda.